Analisis Potensi Dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Mangrove Di Pantai Pariaman
Main Article Content
Syafarman
Eni Kamal
Abdul Razak
Widya Prarikeslan
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem penyusun wilayah pesisir dan memiliki peranan penting di wilayah tersebut dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem agar kehidupan diwiyah pesisir dapat berjalan dengan baik. Kawasan wisata hutan mangrove Apar Pariaman memiliki ekosistem mangrove yang di manfaatkan sebagai kawasan wisata dan dikelola oleh masyarakat sekitar.Tujuan penelitian ini adalah menentukan potensi ekosistem mangrove sebagai kawasan ekowisata dan merumuskan strategi pengelolaan ekowisata mangrove Apar di Kota Pariaman. Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata mangrove Apar Pariaman yang berlokasi di Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman dilaksanakan dua tahap, yaitu bulan Oktober 2020 dan periode bulan febuari-Maret untuk pengumpulan data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisa kualitatif yakni dengan melakukan pengamatan, dan wawancara secarala langsung. Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata mangrove Apar Pariaman yang berlokasi di Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman Waktu penelitian direncanakan dua tahap yakni bulan Desember 2024 dan bulan februari 2025. Mangrove di Kota Pariaman yang semula dicetus oleh kaum melinial maka perlu dilakakukan manajemen yang terstruktur dengan melibatkan masyarakat sekitar dan tujuan wisata bukan hanya sebagai tempat kunjungan untuk wisata keluarga namun harus dirancang sebagai pusat pembelajaran baik bagi sekolah maupun perguruan tinggi, mulai dari pengenalan lingkungan tapak, pengembangan bibit sampai ke teknik penanaman dan bahkan pengolahan panen dan pasca panen sehingga tujuan wisata dari aspek wisata keluarga, edukasi dan sumber ilmu bagi pelajar dan mahasiswa serta akademisi oleh perguruan tinggi dapat tercapai. Jika hal ini tercapai maka pengembangan potensi akan sangat mudah dilakukan baik secara pendanaan maupun secara perencanaan dan pengelolaan dapat dilakukan dengan baik dengan adanya kolaborasi dan para pakar dan ahli yang terlibat. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka analisis potensi harus dilakukan terlebih dahulu agar perencanaan dan strategi pengelolaan dapat dilakukan, tanpa analisis potensi maka pengelolaan tidak dapat dilakukan dengan baik, karena belum didapatkan pemetaan potensi secara menyeluruh sehingga pengelolaan yang dibuat tidak mendapatkan hasil yang baik dan bahkan bisa menjadikan suatu kasalahan yang berakibat menghambat kemajuan dalam pengembangan ekowisata.
Ali M, Sulistiono, Imran Z, Simanjuntak CPH. 2021. The potential development ecotourism based on mangrove ecosystem in Ujung Pangkah of Gresik Regency, East Java Province, Indonesia. IOP Conference Series Earth and Enviromental Science. 800(1):1–15. doi:10.1088/1755-1315/800/1/012054.
Alwidakdo A, Azham Z, Kamarubayana L. 2014. Studi pertumbuhan mangrove pada kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Agrifor. 13(1):11–18.
Anurogo W, Lubis MZ, Khakhim N, Prihantarto WJ, Cannagia LR. 2018. Pengaruh pasang surut terhadap dinamika hutan mangrove di kawasan Teluk Banten. Jurnal Kelautan. 11(2):130–139. doi:10.21107/jk.v11i2.3804.
Arsudi K, Oekmadi RIS, Ariadi DANH. 2010. Strategi pengembangan ekowisata
di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Media Konservasi. 15(2):80–87.
Aryunda H. 2011. Dampak ekonomi pengembangan kawasan ekowisata
Kepualauan Seribu. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 22(1):1–16.
Ayob MZ, Saman FM, Hussin ZH, Jusoff K. 2009. Tourist’ satisfacation on Kilim River mangrove forest ecotourism servis. International Journal Bussiness Managament. 4(7):76–84.
Aziz A. 2008. Peran serta masyarakat dalam upaya pengembangan ekowisata di Kabupaten Pekalongan. [TESIS]. Surakarta (ID). Universitas Sebelas Maret. Chandra IA, Seca G, Abu Hena MK. 2011. Aboveground biomass production of
Rhizophora apiculata Blume in Sarawak mangrove forest. American Journal of Agricultural and Biological Science. 6(4):469–474.
Chrismastianto, I, A W. 2017. Analisis swot implementasi teknologi finansial terhadap kualitas layanan perbankan di indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 20(1):133–144.
Darsana, I. M., & Jayadi, U. (2022). Perspektif Pekerja Hotel Berbintang Di Destinasi Wisata Sanur Terhadap Literasi Investasi Saham Di Masa Pandemi Covid-19. Siwayang Journal: Publikasi Ilmiah Bidang Pariwisata, Kebudayaan, Dan Antropologi, 1(1), 23-32.
Dimanik, J & Weber, H. F. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: Andi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman (2015). Pariaman Dalam Angka 2015 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman (2018). Statistik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman.
Mafitri, V. ., & Miniawati Barusman, T. . (2022). Analisis Strategi Pemasaran Villa Gardenia Dalam Upaya Menarik Minat Pengunjung Pada Masa Pandemi Covid-19. Sibatik Journal: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, Dan Pendidikan, 1(9), 1739–1748. https://doi.org/10.54443/sibatik.v1i9.231
Meleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Miles Matthew B dan A. Michael Huberman, 2009. Analisis Data Kualitatif, Jakarta:UI Press
Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 13 Tahun 2017 Sastrayuda, Gumelar. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata, Yogyakarta: UGM
Siagian, Sondang P. 2012. Pengawasan Melekat Di Lingkungan Pemerintahan. Jakarta: Erlangga
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta:CV Andi Offset Undang-undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Otonomi Daerah
Wahyuni, Fatimah, Siti. (2019). Kinerja Dinas Pariwisata Kota Pariaman Dalam Mengelola Objek Wisata Pantai Gandoriah Tahun 2007-2017. Jurnal Kapita Selekta Geografi, 2 (2019), 165-177
Dahdouh-Guebas F. 2011. World atlas of mangroves: Mark Spalding, Mami Kainuma and Lorna Collins (eds). Human Ecology. 39(1):107–109.
Ghani YA. 2017. Pengembangan sarana prasarna destinasi pariwisata berbasis budaya di Jawa Barat. Jurnal Pariwisata. 4(1):22–31.
Hogarth P. 2015. The biologi of mangrove. Chicago Journals. 77(1):43–114.
Hsu P hsiang. 2019. Economic impact of wetland ecotourism: an empirical study
of Taiwan’s Cigu Lagoon area. Tourism Managament Perspective. 29(3):31– 40. Iftekhar MS. 2008. Functions and development of reforested mangrove areas.
International Journal Biodiversity Science Managament. 4(1):1–14.
Karlina E. 2015. Strategi pengembangan ekowisata mangrove di kawasan Pantai
Tanjung Bara, Kutai Timur , Kalimatan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 12(2):191–208.
Kristin R, Salam R. 2016. Peran Pemerintah Daerah dalam pengembangan pariwisata alam dan budaya di Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Ilmu Pemerintah dan Sosial Politik. 4(1):79–96.
Marsodang AT, Muntalif BS, Sudjono P. 2016. Probabilitas terperangkapnya sampah non-organik di kawasan mangrove studi kasus: Pantai Karangantu, Kota Serang. Jurnal Teknik Lingkungan. 22 April:11–20.25
Martuti N. 2014. Keanekaragam mangrove di wilayah Tapak, Tugurejo, Semarang. Jurnal MIPA Unnes. 36(2):123–130.
Maryantika N, Lin C. 2017. Exploring changes of land use and mangrove distribution in the economic area of Sidoarjo District, East Java using multitemporal Landsat images. Information Process Agriculture. 4(4):321–332.
Mulyandi E, Fitriani N. 2010. Konservasi hutan mangrove sebagai ekowisata. Jurnal Ilmu Teknik Lingkungan. 2(1):11–18.
Noor Y, Khazali M, Suryadiputra I. 2006. Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor (ID): Wetlands International – Indonesia Programme, 1999.
Novianty R, Sastrawibawa S, Prihadi D. 2011. Identifikasi kerusakan dan upaya rehabilitasi ekosistem mangrove di pantai utara Kabupaten Subang. Jurnal Akuatika Indonesia. 2(2):244613.
Pande GKP, Mochdar DF, Kerong FTA. 2019. Pengembangan kawasan wisata hutan mangrove di Desa Nira Nusa Kecamatan Maurole Kabupaten Ende. Teknosiar. 13(2):18–29.
Permendagri. Peraturan Mentri Dalam Negri. 2009. Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 33 tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Jakarta (ID): Permendagri. Perpres. Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2012.
Peraturan Presiden Indonesia nomor 121 Tahin 2012 Tentang Reahbilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta (ID): Perpres.
Purnamasari R, Suprapto D, Purwanti F. 2015. Pengembangan ekowisata mangrove Desa Karangsong Kabupaten Indramayu. Diponegoro Journal of Maquares. 4(4):146–154.
Rangkuti F. 2016. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis: Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rini R, Setyobudiandi I, Kamal M. 2018. Kajian kesesuaian, daya dukung dan aktivitas ekowisata di kawasan mangrove Lantebung Kota Makassar. Jurnal Pariwisata. 5(1):1–10.
Rodiana L, Yulianda F, Sulistiono. 2019. Kesesuaian dan daya dukung ekowisata berbasis ekologi mangrove di Teluk Pangpang, Banyuwangi. JFMR-Journal Fisheries Marine Resources. 3(2):77–88.
Sunarni, Maturbongs, R M, Arifin T, Rahmania R. 2019. Zonasi and community structure of mangrove in Coastal Area of Merauke District. Jurnal Kelautan Nasional. 14(3):165–178.
Umam K, Tjondro Winarno S, Sudiyarto S. 2015. Strategi pengembangan ekowisata mangrove Wonorejo Surabaya. Journal of Agribusiness and Rural Development Research. 1(1):38–42.
Weaver DB, Lawton LJ. 2007. Twenty years on: the state of contemporary ecotourism research. Tourism Managament. 28(5):1168–1179.Yulianda F. 2019. Ekowisata Perairan. Bogor (ID): IPB Press.